Semoga Bapak sudah tenang disana...
Semoga Bapak sudah gak merasakan sakit lagi...
Semoga Bapak selalu berada di sisi terbaik Allah SWT...
Itu merupakan doa seorang anak yang masih belum lama ini ditinggal oleh seorang Bapak...Seorang Ayah...Seorang Pahlawan...
Masih ingat di kepala, saat beliau sakit dan terbujur lemas di atas tempat tidurnya. Aku yang saat itu tiba-tiba harus pulang (18 Okt '14) dari Jakarta karena dapat kabar dari Ibu' yang bilang "Bapak kondisinya semakin menurun". Hari minggu pagi akhirnya aku bisa melihat beliau langsung, kondisinya sangat lemas & kurus. Keluarga dekat juga sudah banyak berkumpul untuk menunggu & berdoa kondisinya semakin membaik.
Setelah
2 hari (minggu & senin) kondisinya tetap sama. Aku memutuskan untuk
rencana kembali ke Jakarta hari selasa, dan senin langsung booking
tiket. Bukan tidak mau menunggu selama beliau sakit, tapi memang ada
tanggung jawab pekerjaan yang harus dikerjakan.
Saat
hari selasa pagi jam 8an, tiba-tiba beliau bisa membuka matanya lebih
lebar seperti orang sehat, dan sangat berbeda kondisinya dari beberapa
hari sebelumnya. Di dekat beliau, aku langsung minta ijin untuk kembali
dulu ke Jakarta untuk sementara dan hari jumat janji untuk pulang lagi.
Tidak ada respon dari beliau, saat itu hanya matanya saja yang
berinteraksi melihat-melihat ke semua sudut kamar.
Pada
pagi itu juga, beberapa keluarga dekat pamit untuk pulang menengok
rumahnya. maklum, sudah beberapa hari mereka menginap untuk jaga Bapak.
Sekitar jam 11an siang, di rumah tinggal Aku, Ibu' dan seorang tetangga
yang menjenguk, 2 adik ku sedang pergi untuk kuliah & sekolah. Namun
disaat rumah lebih hening, tiba-tiba nafas Bapak menjadi tidak lancar,
perasaan kami saat itu sudah sangat kacau. Ibu' berada di sebelah kiri
beliau dan aku di sebelah kanannya. Adik-adik juga saat itu juga
langsung ku suruh untuk cepat pulang.
Saat
itu juga, jujur aku melihat membuktikan rasa sayang seorang istri
kepada suaminya yang sangat besar. Ibu' terus memeluk Bapak yang
nafasnya sudah tidak teratur sambil terus menangis dan dari bibirnya
tanpa berhenti talqin (red : menuntun). Mungkin saat itu antara ikhlas
dan tidak ikhlas jika memang Bapak sudah waktunya dipanggil Allah SWT.
Aku
pun juga berusaha di dekat Bapak, sambil terus memegang pergelangan
tangannya dan mengelus keningnya. Sesekali memberi air di mulutnya untuk
membasahi kerongkongannya. tak berselang lama, adik ku yang kedua
sampai di rumah dan langsung ikut mendampingi di dekat bapak.
Dan waktu itu pun tiba, saat adzan pertanda waktu dhuhur berkumandang. Beliau sempat bersin 4 kali seperti orang yang sehat, tapi setelah itu aku sudah tidak merasakan denyut nadi di pergelangan tangannya. Ku coba lagi pegang denyut di sekitar lehernya juga sudah tidak ada. Akhirnya saat itu juga kami pun sudah lemas, sudah pasrah & berusaha ikhlas Bapak sudah dipanggil Allah SWT.
Inna Lillahi wa inna ilaihi raji'un...
Dan
setelah beliau pergi Selasa Dhuhur (21 Oktober 2014). Aku befikir,
beliau memang ingin pergi dengan didampingi orang yang beliau sayang
(Ibu' dan anak-anaknya). Padahal harusnya kan aku berangkat selasa sore
ke Jakarta, dan akhirnya tiket ku cancel dan memutuskan untuk seminggu
di rumah dulu.
Selain
itu, mungkin ini yang paling emosional untuk ku pribadi. Kenapa harus
hari selasa? Entah kebetulan atau apa namanya, besoknya tanggal 22
oktober itu adalah ulang tahun ku yang ke 26 tahun. Bisa dikatakan
beliau sudah memberikan waktunya dan mengantarkan anaknya yang sudah
dewasa ini sampai akhir umur 25 tahun. Mungkin juga, beliau memang
maunya seperti itu. Ingin selalu diingat waktu aku ulang tahun, ingin
diingat sampai kapanpun. Dan akupun juga, tidak akan lupa dengan beliau,
tidak akan lupa akan pengorbanannya selama ini, dan tidak akan lupa
bahwa beliau adalah orang tua yang terbaik.
Terima kasih Bapak...
Terima kasih Bapak...
Alhamdulillah...biar dikata posisiku memang merantau jauh dari rumah. Kesempatan untuk pulang dari dulu selalu ada saat beliau sakit. Aku merasa beruntung sempat punya waktu untuk memandikan beliau saat sakit, memakaikannya baju, mencoba membuat beliau tertawa, sampai rutinitas mencukur kumis dan jenggotnya tiap pulang ke rumah. Paling tidak dari tindakan kecil itu, aku bisa merasakan bagaimana beliau merawatku saat masih kecil sampai dewasa ini. Walaupun tindakanku ini sebenarnya masih seujung kuku jari dibanding keseluruhan jasanya yang telah dilakukan.
Ada satu lagi momen yang membuktikan kasih sayang orang tua ke anaknya itu memang tak terbatas. Tiap bulan aku selalu rutin untuk pulang ke rumah, dan yang pasti selalu ku ingat saat momen dimana aku baru datang dari Jakarta dan langsung bertemu beliau, serta saat pamitan dengan beliau ketika mau balik lagi ke Jakarta. Disaat sakit dan kondisinya bapak tidak bisa bicara, tiap aku pamit atau baru datang pasti beliau tersenyum dan matanya berkaca-kaca, malah pernah juga sampai air matanya keluar. Aku menganggapnya beliau memang senang jika anaknya ada didekatnya, karena memang selama beliau sakit aku yang lebih dekat untuk beinteraksi dengan beliau. bahkan mungkin dia berfikir, ingin aku selalu didekatnya tiap waktu.
Sampai bertemu dilain waktu...Bapak...
Kami semua menyayangimu...
Kami semua menyayangimu...
Note : Artikel ini untuk kenangan seorang anak untuk Orang Tua nya
No comments:
Post a Comment