Wednesday, 13 January 2010

Ground Penetrating Radar (GPR)

Dalam ilmu geofisika terdapat beberapa metode yang digunakan untuk melakukan penelitian untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi yang melibatkan sifat fisik lapisan bumi. Secara unum diketahui dengan metode aktif and metode pasif dalam pelaksanaanya di lapangan. Metode aktif adalah metode yang dilakukan dengan membuat medan gangguan berupa ledakan dinamit, penginjeksian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya, kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Sedangkan metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami seperti radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta radiasi radioaktifitas bumi.
Metode radar ini merupakan metode yang digunakan untuk eksplorasi jarak dangkal, sehingga metode ini banyak menjadi pusat perhatian karena manfaatnya manfaatnya telah tersebar luas di berbagai bidang seperti: geologi, konstruksi dan rekayasa, arkeologi, ilmu forensik, masalah lingkungan dan lainnya. Sehingga tanpa pengolahan yang rumit, akan dapat memperoleh informasi dari bawah permukaan bumi. Jika dibandingkan dengan metode geofisika yang lain, metode radar ini memiliki beberapa kelebihan. Diantaranya adalah biaya dari operasionalnya lebih murah, cara pengoperasiannya lebih mudah, merupakan metode non destructive dan karena frekuensi yang digunakan sangat tinggi (MHz) maka resolusinya juga akan tinggi.
Dalam metode alat yang digunakan adalah berupa GPR (Ground Penetrating radar), prinsip kerjanya adalah menembakkan gelombang elektromagnetik ke dalam permukan bumi. Sehingga setelah gelombang ditembakkan, maka gelombang elektromagnetik akan mengalami refraksi dan refleksi, gelombang yang di refleksikan itu yang diterima oleh receivernya. Sehingga untuk masalah pemantulan gelombang pada GPR ini hampir sama dengan gelombang seismic. Jika di telusuri komponen utama dari gelombang elektromagnetik terdiri dari dua komponen, yaitu medan listrik (E) dan medan magnet (H). Dan ada dua macam teknologi pancaran radiasi elektromagnetik yang bisa dipakai untuk membuat radar, yaitu pancaran impuls dan pancaran gelombang kontinyu.
Kedalaman daya tembus (penetrasi) gelombang radar tergantung kepada keadaan masing-masing lokasi. Gelombang radar akan di atenuasi (penyerapan dan penyebaran) oleh sifat-sifat tertentu dari masing-masing lokasi, dimana yang paling penting adalah konduktifitas kelistrikan dari material. Umumnya penetrasi yang paling dalam akan dicapai bila tanah berpasir yang kering, sementara penetrasi akan menurun bila kondisi tanahnya lembab, lempungan atau tanah yang konduktif. Kedalaman akan segera menurun bila pasiran tersebut menjadi basah misal setelah turun hujan. Daya tembus radar akan sangat bagus bila material masif dan kering misal granit, batukapur dan beton.
Saat melakukan akuisisi data ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh operator, diantaranya adalah pertama operator GPR bebas dari HP atau aksesoris logam yang dapat mengganggu kerja alat GPR karena GPR sensitive terhadap logam. Kedua, memastikan jalur lintasan yang diukur agar mudah dilewati dan bebas dari logam (logam yang tidak diinginkan) yang dapat mengganggu kerja alat GPR. Kemudian yang lebih penting area yang akan disurvey harus jelas. Ketiga mengecek baterai GPR dan baterai laptop yang akan digunakan. Ini bertujuan supaya saat akuisisi data di lapangan tidak terjadi drop baterai.
GPR ini sendiri juga ada bebarapa spesifikasi, sehingga spesifikasi ini yang menentukan hasil dari pengukurannya baik ataupun masih kurang baik. Karena ada GPR yang menampilkan secara langsung hasil dari anomali dari lokasi dan yang tidak langsung, tidak langsung maksudnya adalah data yang diambil saat akusisi masih memerlukan pengolahan lebih lanjut. Untuk contoh GPR yang langsung menampilkan tampilan hasil data berupa gambar anomali dari bawah permukaan bawah tanah adalah GPR future I-160, dan contoh gambarnya seperti gambar dibawah diatas.

Tuesday, 12 January 2010

Geophysicist For Earthquake And Tsunami

Dalam periode ini seringkali kita mendengar tentang bencana gempabumi dan tsunami yang melanda Indonesia. Korban yang berjatuhan juga tidak sedikit, melainkan ribuan sampai dengan ratus ribuan. Jika diingat peristiwa gempabumi tsunami di aceh merupakan sangat mengguncang negeri ini, apalagi tsunami ini menelan korban ratusan ribu nyawa. Dan efeknya pun juga dirasakan oleh beberapa Negara yang berada dekat dengan sumber gempa. Setelah itu berturut-turut negeri ini tidak ada hentinya diguncang gempabumi, sampai yang terakhir dan menimbulkan korban yang cukup banyak adalah gempa sumatera barat.


Jika dilihat dari sisi lain, sedikit sekali ahli yang focus pada masalah gempabumi dan tsunami baik untuk geophysicist ataupun geologist. Secara umum memang banyak mengerti tentang gempa bumi dan tsunami, akan tetapi yang mendalaminya masih sangat sedikit. Banyak alasan yang membuat para geophysicist dan geologist tidak berkonsentrasi di bidang ini, diantaranya adalah untuk prospek masa depan dan materi. Karena para ahli tersebut kebanyakan lebih banyak yang mengambil bidang eksplorasi sumberdaya yang ada di bumi. Contoh saja dalam dunia petroleum, banyak sekali yang berlomba-lomba untuk tekun dan belajar keras untuk mempelajari masalah petroleum karena banyak sekali nominal materi yang akan didapatkan. Ini sangat bertolak belakang dengan seorang yang akan mengambil konsentrasi bidang gempabumi dan tsunami. Permasalahan muncul saat prospek ke depannya di Indonesia. Sedikit sekali lapangan pekerjaan yang tersedia untuk bidang tersebut. Apalagi dapat dikatakan pemerintah juga tidak terlalu menghargai ahli-ahli yang ada di Indonesia sekarang. Sehingga banyak dari para ahli yang akhirnya lebih memilih untuk menyalurkan ilmunya di luar negeri. Menurut informasi yang saya dapatkan, dulu setelah terjadi gempabumi dan tsunami aceh pemerintah juga tidak langsung mempercayakan penelitian pada para ahli dari Indonesia melainkan lebih percaya pada orang asing. Untuk alasannya memang saya sendiri tidak terlalu jelas, tapi kenapa pemerintah tidak mencoba untuk lebih percaya pada bangsa sendiri. Padahal untuk masalah kemampuan juga tidak kalah.
Tapi kita perlu bangga pada beberapa ahli Indonesia yang dimiliki Indonesia, walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak. Mereka tetap berkonsentrasi penuh untuk meneliti tentang gempabumi dan tsunami, terutama di Indonesia yang merupakan daerah paling rawan dalam hal potensi bencana yang ditimbulkan. Semoga untuk kedepannya lebih banyak lagi para ahli, terutama dari geophysicis yang konsentrasi mempelajari tentang gempabumi dan tsunami.(aridy A-266)