Wednesday 27 July 2011

Mencegah dan Menanggulangi Saat Tersesat di Alam Terbuka


Anda hobi dengan kegiatan alam terbuka? jika iya pasti anda akan familiar dengan istilah tersesat. Kejadian ini memeng umum terjadi pada beberapa orang yang melakukan kegiatan alam terbuka seperti penjelajahan alam dan pendakian gunung. Tersesat dapat diartikan suatu kondisi saat kehilangan orientasi, tidak mengetahui posisi yang sebenarnya dan arah yang akan dituju. Hal ini biasanya terjadi pada saat kondisi malam hari, tidak terbiasa menggunakan GPS, kompas dan peta dalam perjalanan. Selain itu kejadian ini sering terjadi pada orang yang tidak terbiasa dengan navigasi alam bebas, sehingga di indonesia sering kita dengar ada beberapa pendaki gunung yang hilang dan tersesat saat melakukan pendakian. Untuk mengurangi kejadian ataupun mencegah tersesat tersebut menurut Yudiawan (2002) dapat dilakukan dengan beberapa tindakan, antara lain :

Belajar dari Kambing

Sekilas mungkin teman-teman aneh dengan judul diatas,  

OK never mind!! 
Tapi Rabu tanggal 20 Juli kemarin saya mengalaminya sendiri di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Saat itu saya pas bertepatan sedang melakukan survei di daerah tersebut. Mungkin kejadiannya beberapa orang menganggapnya hanya angin lalu, tapi untuk saya pribadi kejadian itu jadi tambahan ilmu untuk selalu belajar untuk selalu menjadi manusia yang setiap saat menjadi makhluk sosial.


Baiklah... 
langsung to the point ceritanya, saat kejadian saya dan rekan survei sedang istirahat dan setelah makan siang kita Belah Duren (Eiit…ini arti yang sebenarnya) di pinggir jalan. Kita duduk-duduk dibawah pohon sambil menikmati buah durian yang memang lagi musim disana. Berhubung daerah tersebut bisa dikatakan gak terlalu kota jadi masih banyak kambing berkeliaran di pinggir jalan untuk mencari makan rumput. Tapi yang seru juga, si Kambing ternyata doyan juga dengan yang namanya Duren (walaupun bukan buahnya, maklum yang doyan buahnya kan kita.hehe). Jadi si Kambing makan tuh sisa-sisa kita, mulai dari kulit durian bagian dalam dan bijinya. kalau di rasa-rasa ternyata seru juga makan Durian di kerumuni sekawanan Kambing (ngebayangin kayak back to nature lah :P). 

Nah, saat kita udah mulai mabok dengan Durian yang sudah masuk ke dalam perut posisi badan duduk-duduk saja di pinggir jalan sambil liatin kendaraan lewat. Tapi seketika kami kaget, tiba tiba ada suara :

Braaaaak!!!!!!(kenceng suaranya) di tengah jalan

Tuesday 26 July 2011

Seismic Inversion Option (HRS)

Constraint High-Cut Frekuensi: 
Dalam Bandlimited (rekursif) inversi, komponen frekuensi rendah impedansi akustik diasumsikan sepenuhnya hilang dari data seismik. Data yang hilang disediakan untuk inversi dengan menerapkan low-pass filter untuk constraint trace dari model awal. Parameter ini mengontrol filter yang diterapkan pada model awal untuk menyediakan komponen frekuensi rendah hasilnya. Semua frekuensi di atas nilai ini akan dihapus dari initial model. Semua frekuensi di bawah nilai ini dikeluarkan dari inversi rekursif trace. Keduanya kemudian ditambahkan bersama-sama. Biasanya, nilai sekitar 10 Hz digunakan, karena diasumsikan bahwa tidak ada energi di bawah frekuensi ini hadir dalam data seismik.

Hard Constraint: 
Prosesnya memaksakan batasan tentang impedansi yang dihitung. Ada batas absolut antara daerah diperbolehkan dan wilayah batasan. Pada setiap langkah, parameter impedansi dapat bergerak bebas sepanjang mereka tidak melewati batas-batas tetap. Jika opsi ini dipilih, Impedansi Maksimum Perubahan parameter digunakan untuk mengatur batas.

Soft Constraint: 
Metode ini tidak mengatur batas mutlak pada seberapa jauh impedansi bisa berubah dari initial guess, tetapi menghitung hukuman yang meningkat seiring dengan impedansi berasal menyimpang jauh dari initial guess. Oleh karena itu STRATA menyeimbangkan dua jenis (mungkin bertentangan) informasi yaitu seismik trace dan guess impedance. Bobot relatif yang ditugaskan untuk kedua ditentukan oleh parameter Constraint Model.

Maximum Impedance Change: 
Parameter ini hanya digunakan jika Hard Constraint opsi yang dipilih untuk parameter Opsi Inversi. Parameter ini menentukan penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dalam impedansi sebagai persentase dari rata-rata impedansi log Constraint.

Prewhitening : 
Proses inversi ini sangat mirip dengan dekonvolusi dalam koefisien refleksi saat diturunkan dari data seismik, dengan menggunakan wavelet dikenal. Seperti dekonvolusi, proses ini dapat menjadi tidak stabil jika wavelet adalah band-limited. Solusinya adalah dengan menggunakan prewhitening untuk menstabilkan proses. Biasanya, nilai ini tidak perlu dimodifikasi, kecuali masalah konvergensi dijelaskan di atas ditemukan.

Model Constraint: 
Parameter ini hanya digunakan jika opsi Soft Constraint yang dipilih. STRATA menyeimbangkan untuk cocok dengan trace seismik sedekat mungkin dengan kebutuhan initial model. Parameter ini mengontrol bagaimana dua persyaratan tersebut bertentangan seimbang. Jika parameter diatur ke nilai ekstrim 0,0, yang initial model secara efektif diabaikan dan STRATA menemukan solusi yang sesuai dengan data seismik secara optimal. Jika parameter diatur ke ekstrim lain dari 1.0, trace seismik diabaikan, dan STRATA menghasilkan bentuk blocky dari fungsi initial model. Nilai yang lain antara 0 dan 1 menghasilkan hasil tengah antara dua ekstrem.

Sparseness :
Parameter ini mengendalikan Constraint yang mengharuskan bahwa jumlah koefisien refleksi dalam model diminimalkan. Nilai default dari sparseness 100% kekuatan algoritma untuk membuat model yang memiliki lapisan paling sedikit, sehingga dalam model impedansi terlihat blocky. Mengurangi jumlah ini melemaskan Constraintnya, memungkinkan beberapa spike yang perlu ditambahkan ke seri koefisien refleksi, menghasilkan model dengan lapisan lebih.
(sumber : Hampson Russel Guide)

Monday 25 July 2011

Respon Log Pada Litologi

Untuk belajar tentang well log, salah satu hal yang terpenting adalah melihat responnya pada masing-masing data log. Seperti log Gamma Ray, Log Self Potensial, Log Resistivity, Log Density ataupun Log Porosity. beberapa hal tersebut nantinya akan menmperlihatkan respon yang berbeda setiap ada perbedaan litologi. Secara detail dapat dilihat dalam file berikut (sumber : Baker Huges).Download File Here

Induced Polarization (IP)

Induced Polarization (IP) atau yang biasa disebut polarisasi terimbas merupakan salah satu metode geofisika (geolistrik) yang menggunakan aliran listrik dalam melakukan survey. Didalamnya terdapat efek polarisasi yang tergantung pada jenis konduksi dalam batuan. Jika ada aliran arus listrik, maka dekat permukaan mineral akan terjadi pengakumulasian ion – ion bernuatan negatif dan positif , karena ion negatif dari medan listrik yang melaluinya tertahan oleh ion positif di dekat permukaan mineral tersebut. Di bagian lain dekat pengakumulasian terjadi kekurangan muatan. Dari sini terjadi gradien konsentrasi ion – ion yang menentang arus listrik yang melewatinya dan gejala ini disebut polarisasi. Dasar metoda ini adalah mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada permukaan logam dengan mengalirkan arus listrik ke dalam tanah. Dengan metoda polarisasi terimbas dapat terlihat fenomena elektrokimia, dan dari kurva responnya dapat terlihat informasi yang spesifik, seperti misalnya terlihat harga IP yang positif maupun negatif. Polarisasi terimbas ini juga dapat dibagi menjadi dua yaitu :
  • Polarisasi Elektroda
Polarisasi ini dinamakan juga polarisasi elektronik atau polarisasi logam. Polarisasi ini terjadi karena adanya beda tegangan, antara ion negatif dan ion positif. Beberapa ion negatif bergerak kekiri dan ion positif bergerak kekanan di bawah pengaruh medan potensial. Dalam butiran sulfida, konduksi disebabkan oleh elektron – elektron, sehingga aliran arus berubah dari ionik menjadi elektronik pada permukaan mineral.
  • Polarisasi membran
Polarisasi ini juga dinamakan polarisasi elektrolitik atau polarisasi bukan logam. Polarisasi ini dapat terjadi pada pori – pori batuan meskipun tanpa aliran arus karena diakibatkan oleh mineral yang bermuatan negatif karena strukturnya berupa lembaran silika alumina, sehingga muatan negatif ini menarik ion – ion positif dan terbentuk awan ion positif di sekitar permukaannya dan meluas pada elektrolit. Pengakumulasian muatan akan menghambat jalannya arus listrik yang melaluinya sehingga terjadilah hambatan ionik sepanjang pori-pori batuan yang ada mineral lempungnya.