Thursday 10 March 2011

Waktu Geologi

Dalam lingkungan Geoscience kita pasti sering mendengar tentang waktu geologi, dan biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan umur suatu batuan ataupun formasi. Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi. Tabel periode geologi yang ditampilkan di halaman ini disesuaikan dengan waktu dan tatanama yang diusulkan oleh International Commission on Stratigraphy dan menggunakan standar kode warna dari United States Geological Survey (USGS). 
Waktu Geologi (USGS)
Untuk menghitung umur batuan yang lebih muda tersedia tiga metode kronologi yaitu stratigrafi, paleontologi, dan radiometri. Waktu geologi bumi disusun menjadi beberapa unit menurut peristiwa yang terjadi pada tiap periode. Masing-masing zaman pada skala waktu biasanya ditandai dengan peristiwa besar geologi atau paleontologi, seperti kepunahan massal.

Data Sumur

Data sumur adalah rekaman satu atau lebih pengukuran fisik sebagai fungsi kedalaman di dalam lubang sumur (borehole) yang dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan dilakukannya pengukuran (logging) ini adalah untuk memperoleh informasi parameter–parameter fisik batuan, sehingga dapat dilakukan interpretasi terhadap lubang sumur yang berkenaan dengan penampang sumur, karakter reservoir seperti litologi, kandungan serpih, porositas, permeabilitas dan saturasi air. Selain hal itu, logging juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya cadangan hidrokarbon, mengetahui kondisi struktur, dan evaluasi formasi. Untuk evaluasi formasi ini, data sumur dibagi menjadi tiga peranan, yaitu untuk menunjukkan zona permeabel (log gamma ray dan log spontaneous potential), mengukur resistivitas (log induksi dan log lateral), dan mengukur porositas (log sonic, log densitas dan log porositas)

Wednesday 9 March 2011

Ekspedisi Kampar – Riau (AMC)

Untuk meningkatkan pengalaman survival dari anggota dalam hal kegiatan alam terbuka, AMC (Adventurers and Mountain Climbers) Malang banyak melakukan pelatihan rutin maupun praktek lapangan secara langsung. Salah satu kegiatan untuk praktek survival lapangan secara langsung adalah dengan menjadi Asisten Geologist dalam survey-survey Geologi yang dilakukan di alam terbuka, terutama hutan, sungai, lembah dan gunung. Kegiatan ini difasilitasi oleh salah satu senior AMC pak yayang (Andang bachtiar), sehingga anggota AMC dapat memperoleh pengalaman survival dan juga pengalaman kerja dalam hal survey kebumian.

Pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2010, ada dua anggota AMC yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti survey geologi di wilayah Sumatera Tengah, dan terutama di daerah Kampar Propinsi Riau. Anggota tersebut adalah Aridy (A-266) dan Wahyu (A-271) yang merupakan anggota muda dari AMC, sehingga survey tersebut menjadi pengalaman pertama untuk terjun langsung dalam kegiatan alam terbuka yang sebenarnya. Dengan modal pelatihan yang sebelumnya telah didapatkan, anggota AMC akan membantu kerja dari Geologist yang terutama dalam hal orientasi medan dengan Kompas, Peta, dan GPS saat berada dalam alam bebas.  

Untuk pelaksanaan survey di daerah Kampar Propinsi Riau tersebut, alam bebas yang menantang adalah pada saat di hutan. Hal tersebut dikarenakan beberapa hutan masih alami dan jauh dari pemukiman penduduk, sehingga masih sangat minim jalan setapak untuk dilakukan penjelajahan. Dengan target survey untuk mendapatkan sampel batu dan mendeskripsikannya pada masing-masing lokasi, maka diambil sampel batuan walaupun sampai ke pedalaman hutan. Saat penjelajahan dilakukan, acuan awalnya adalah berdasarkan dari peta geologi dari daerah tersebut dan target batuan yang akan didapatkan. Untuk mengetahui rute yang dijelajahi, maka GPS beperan penting dalam hal Tracking medan saat berangkat, dan menelusurinya kembali pada saat kembali. Orientasi medan dengan menggunakan GPS harus dikombinasikan dengan kompas dan pembacaan peta daerahnya, sehingga risiko untuk tersesat dapat diminimalkan dan selalu mengutamakan keselamatan.
    
Saat menelusuri hulu sungai kecil di daerah perbukitan menjadi salah satu penjelajahan yang melelahkan. Daerah tersebut diprediksi terdapat adanya singkapan dari basement dan target batuannya untuk mendapatkan Granit. Setelah menganalisis peta untuk mengetahui rute menuju basement tersebut,  ternyata rutenya tidak dapat dilalui dengan jalan setapak. Oleh karena itu penelusuran dilakukan pada sungai yang lebarnya sekitar 2 meter dan diapit dua tebing yang curam. Untuk mencapai sungai yang berada dibawah, satu-satunya jalan adalah dengan melewati tebing yang curamnya mencapai 75 derajat, ketinggian sekitar 100 m dan vegetasinya masih sangat alami. Penelusuran dimulai sekitar pukul 15.30 WIB, dengan kondisi sungai yang cukup gelap karena sinar matahari tertutup rimbunnya pepohonan. Setelah berjalan menyusuri hulu sungai sekitar 1,5 Kilometer, target batu Granit mulai muncul, sehingga secepatnya dilakukan pengambilan sampel dan deskripsi batuan. Pada saat perjalanan kembali menuju rute awal dengan menelusuri hasil tracking GPS, ada beberapa ekor Lintah yang menempel di badan untuk menghisap darah. Setelah melepas lintah tersebut, beberapa luka gigitan lintah tersebut kami balut dengan kain yang berada dalam survival kit, tujuannya  adalah untuk menghentikan darah yang keluar. Setelah semua luka tertutup, perjalanan kembali kami lanjutkan dengan menelusuri sungai dan menjari jalan yang tidak terlalu terjal untuk kembali ke atas tebing. Pada saat pukul 17.15 WIB akhirnya kami sampai di atas tebing dengan kondisi yang basah dan lemas. Dengan segera kami menuju mobil dan pulang ke base camp.
    
Ada beberapa hal yang tentunya harus diperhatikan setelah melakukan kegiatan di alam terbuka, diantaranya adalah untuk selalu konsentrasi tanpa meninggalkan barang apapun. Selalu menyediakan survival kit untuk mengantisipasi adanya kejadian yang diluar rencana, serta setelah sampai di base camp melakukan evaluasi tentang kendala yang dihadapi saat penjelajahan. Leave no Trace and Safety First…!!!(ARP-266)