Thursday, 26 September 2013

[Catper] Gunung Ceremai (Via Palutungan - Linggarjati)



Gunung Ceremai secara administratif berada dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini memiliki kawah ganda dan merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Gunung Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektar (Wikipedia).

Umumnya jalur resmi yang dilewati para pendaki ada tiga yaitu Palutungan, Linggarjati dan Apuy (Majalengka). Dari pertimbangan bersama anggota tim dan informasi yang didapatkan sebelumnya, kita memutuskan lewat jalur Palutungan (Kuningan). Jalur Palutungan ini dikenal dengan jalur yang lebih jauh menuju puncak dan tanjakan yang lebih sedikit dibanding jalur Linggarjati, sehingga lebih aman saat melakukan pendakian.

Hari Jumat, 20 Januari 2012 perjalanan dimulai. Team pendakian AMC yang terdiri dari Joko Wi, Suwondo, Aridy, Sapto dan seorang teman dari GMPA ITM Rio berangkat pukul 16:30 WIB dari Jakarta melalui terminal Pulogadung. Untuk menuju Gunung Ceremai dapat ditempuh selama 5-6 jam melalui Kuningan dengan menggunakan Bus antar kota, dan setelah sampai di Kuningan turun di pertigaan Cirendang.


Pertigaan Cirendang
Hari Sabtu, 21 Januari 2012 pukul 01:00 WIB kita sampai di pertigaan Cirendang. Di daerah ini tersedia fasilitas berupa ATM, swalayan, warnet dan warteg. Mengingat kita masih perlu melengkapi logistik, akhirnya belanja dulu sebelum naik ke jalur pendakian. Setengah jam kemudian kita melanjutkan perjalanan ke jalur Palutungan dengan carter angkutan umum (melayani 24 jam) dengan tarif per orang Rp 15.000,-.

Bumi Perkemahan
Pukul 01:51 WIB kita tiba di Bumi Perkemahan Palutungan. Jarak tempuh menggunakan angkutan umum dari pertigaan Cirendang ±30 menit, dan berhubung sudah larut malam pos pendaftaran juga sudah tutup. Kondisi area sekitar bumi perkemahan  cukup  banyak  ditemukan  warung,  mengingat masih dini hari akhirnya kita memutuskan istirahat terlebih dahulu di beranda warung dan memulai perjalanan esok pagi. Fasilitas di bumi perkemahan Palutungan cukup banyak, antara lain out bond, musholla, warung, kamar mandi dan WC.

Pukul 05.00 WIB kita mulai bangun dan mempersiapkan semuanya sebelum mendaftar di Taman Nasional Gunung Ceremai. Tidak lupa juga kita melakukan orientasi medan dengan peta topografi, kompas dan GPS yang sudah kita bawa sebelumnya. Setelah semuanya siap, pukul 07.30 WIB kita memulai perjalanan menuju pos perizinan dan tracking GPS dalam keadaan on. Untuk menuju pos perizinan, jaraknya sekitar 1 kilometer dari bumi perkemahan. Jalan yang dilalui semuanya sudah aspal dan merupakan jalan umum dari desa Palutungan.

Pos Perizinan Palutungan
Pukul 08.00 WIB, kita tiba di pos perizinan jalur Palutungan. Persyaratannya tidak ribet, kita memberikan surat jalan dari AMC, menunjukkan KTP dan membayar tiket masuk kepada pihak TNGC. Setelah terdaftar akhirnya perjalanan menuju Gunung Ceremai dimulai.

Awal perjalanan, yang dilalui masih berupa jalan beton kecil melewati kampung penduduk yang jaraknya ±200m. Setelah batas kampung sudah terlewati, terlihat hamparan ladang penduduk yang menyambut. Jalan yang dilalui didominasi tanah yang lebarnya tidak sampai setengah meter untuk menuju Pos Pintu Rimba.

Pos Pintu Rimba
Pos Pintu Rimba
Pukul 08.39 WIB kita sampai di pos Pintu Rimba. Pos ini merupakan batas antara vegetasi tanaman perkebunan dan vegetasi pohon pinus. Track setelah memasuki pos Pintu Rimba ini juga sudah mulai menanjak sedikit. Sepanjang perjalanan menuju pos berikutnya ada beberapa variasi vegetasi, ada tumbuhan akar-akaran, pisang hutan, pakis dan mayoritas adalah pinus. Kondisi jalan juga masih terlihat jalan setapak yang biasa dilewati pendaki.

Pos Cigowong
Jika perjalanan normal biasanya  perjalanan  antara  Pos Pintu Rimba  dan Pos Cigowong  dapat ditempuh  selama ±2 jam.  Namun  karena  kondisi fisik  yang  kurang  optimal   dari  anggota tim akhirnya pukul 12.00 WIB baru sampai di pos Cigowong. Pos ini terdapat sungai yang airnya bersih dan dapat dikonsumsi. Terdapat juga 2 pondok di area Pos Cigowong, satu untuk berteduh/beristirahat dan satu lagi untuk MCK. Vegetasi berupa pohon besar, pakis dan tidak di jumpai lagi pohon pisang hutan. Sejenak kita beristirahat untuk makan siang dan sholat. Sedangkan untuk melengkapi kembali cadangan air yang sudah berkurang selama perjalanan, kita mengisi penuh air dari sungai. Setelah beristirahat selama ±45 menit, tim melanjutkan perjalanan kembali menuju pos selanjutnya.

Mata Air Pos Cigowong

Pos Cigowong
 Pos Kuta
Pukul 13.30 WIB tim sampai di pos Kuta, pos ini tidak terdapat pondok istirahat dan mata air. Vegetasi berupa pohon besar tropis, pakis dan mulai di jumpai rotan. Di pos ini   cocoknya  hanya  dipakai  untuk  istirahat  sejenak dan tidak di-rekomendasikan untuk tempat camping karena kondisinya banyak akar-akar sehingga tidak terlalu datar.

Pos Paguyangan Badak

Pukul 14.30 WIB tim sampai di pos Paguyangan Badak, pos ini juga tidak terdapat pondok dan mata air. Vegetasi masih sama yaitu berupa pohon besar, pakis, beberapa lumut pepohonan dan mulai di jumpai rotan. Jalan yang dilalui mulai menanjak dan menguras tenaga saat mendaki. Tak jarang tim harus sering istirahat sebentar untuk memulihkan tenaga.

Pos Arban
Pukul 15.30 WIB tim sampai di pos Arban, vegetasi berupa pepohonan tropis besar yang sudah di tumbuhi lumut tebal. Kita beristirahat sejenak untuk mengembalikan tenaga sambil makan biskuit cracker untuk menambah tenaga sebelum melewati Tanjakan Asoy. Makanan ini cukup efektif untuk tubuh karena mengandung vitamin, protein dan glukosa.

Setelah istirahat ±15 menit, perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan Asoy. Kondisi jalan terdiri dari tanah yang sangat terjal, sehingga di saat melewati tanjakan yang ekstrim harus menggunakan tangan untuk memanjat dibantu dengan akar ataupun ranting pohon. Perjalanan saat itu benar benar sangat menguras tenaga.

Pos Tanjakan Asoy
Pukul 16.20 WIB akhirnya tim bisa melewatinya dan sampai di pos Tanjakan Asoy. Vegetasi di pos ini berupa pepohonan besar yang sudah di tumbuhi lumut tebal. Setelah pos ini, beberapa kali kita menemui jalan yang dihalangi pohon yang roboh dan dengan hati-hati menunduk melewati pohon tersebut.

Setelah satu jam berjalan, kabut pekat mulai masuk dalam lebatnya hutan yang kita lewati. Awalnya kita perkirakan itu hanya kabut biasa, sehingga terlihat sudah gelap. Karena target awal berencana camp di Pos Goa Walet, maka kita tetap melanjutkan perjalanan sambil memakai senter & headlamp. Namun cuaca saat itu berkata lain, selisih setengah jam kita berjalan hujan turun dengan lebatnya. Kita bergegas untuk mengeluarkan ponco/rain coat dari dalam tas carrier. Saat itu kita berusaha terus berjalan karena masih belum menemukan tempat yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Pada akhirnya pukul 18.10 WIB sampai disebuah pos bayangan. Kita bergegas melepas tas carrier dan menyelamatkannya dari guyuran hujan.  Setelah  itu kita  bergerak dan  membagi tugas

untuk mendirikan tenda di bawah guyuran hujan deras dan pekatnya malam. Kita pun saling teriak untuk berkomunikasi yang lancar dan terdengar. Saat tenda sudah berdiri kita masih harus mengepel terpal bawah tenda yang tergenang air. Setelah semua selesai dan tenaga yang cukup terkuras aktifitas masih dilanjutkan untuk memasak makan malam.

Saat makan dan melemaskan badan yang capek, kita berdiskusi tentang rencana besoknya untuk summit attack. Dengan estimasi jarak yang ditempuh masih setengah perjalanan dan terlalu beresiko meninggalkan barang di camp. Maka kita putuskan untuk membawa semua barang bawaan sampai di puncak. Selain itu untuk jalur turun, kita juga berfikir efektifitas waktu. Oleh karena itu, kita berdiskusi untuk mencoba turun lewat jalur Linggarjati. Jika dianalisa memang saat naik jalur ini sangat terjal, namun untuk turun yang ada di pikiran kita pasti lebih efektif lewat jalur ini dibanding jalur Palutungan. Dengan keputusan bersama kita memutuskan untuk turun lewat jalur Linggarjati. Dan setelah perut terisi, kita tidur untuk melanjutkan lagi besok hari.

Hari sabtu, 21 Januari 2012 Pukul 06.05 WIB kita mulai persiapan masak sarapan dan sekalian untuk makan siang di perjalanan. Untuk sarapan kita tinggal masak lauk dan sayur, sedangkan nasinya kita sudah masak malam sebelumnya. Sedangkan untuk rencana makan siang di jalan kita berfikir yang praktis tapi memberikan cukup tenaga, akhirnya bekal pagi itu antara lain daging nugget, agar-agar dan beberapa biskuit cracker. Tidak lupa juga madu dan cokelat selalu ada untuk kebutuhan menambah tenaga. Setelah tenda dibongkar dan barang bawaan di-packing ulang, sekitar pukul 08.30 WIB kita mulai perjalanan kembali menuju puncak.
Full Team

Pos Pasanggrahan
Pukul 09.20 WIB tim sampai di pos Pasanggrahan, vegetasi masih sama seperti sepanjang perjalanan dari pos Tanjakan Asoy yaitu pohon-pohon yang ditumbuhi lumut tebal. Jalan juga masih di dominasi tanah dengan akar-akaran. Dari pos pesanggrahan ini tidak lama berjalan akan mulai terlihat perubahan vegetasi dari pohon yang besar dan rimbun mulai keadaan pepohonan yang terbuka.

Pos Shanghiyang Ropoh
Pukul 10.05 WIB tim sampai di pos Shanghiyang Ropoh, di pos ini tidak ada lokasi untuk mendirikan tenda. Vegetasinya rata-rata  berupa  tanaman  liar terbuka setinggi 2 meter.  Jalan

setapak tanah dari pos Pesanggrahan sudah semakin tak terlihat. Mayoritas jalan menuju pos berikutnya berupa bebatuan yang dibeberapa titik bersebelahan dengan jurang di kanan dan kirinya. Ada buah yang dapat dikonsumsi pada perjalanan menuju pos Simpang Apuy yaitu Arbei. Buah ini aman untuk dimakan dan lumayan memberikan vitamin tanpa harus mengurangi cadangan logistik.

Simpang Apuy
Pukul 11.35 WIB  tim sampai di Simpang Apuy, tempat ini merupakan lokasi bertemunya jalur dari Palutungan (Kuningan) dan Apuy (Majalengka). Saat kita sampai di simpang ini kondisinya berkabut dan angin mulai kencang. Untuk melanjutkan perjalanan, jalur yang dilewati mayoritas adalah bebatuan terjal yang menjadi tempat aliran air saat hujan. Vegetasi terlihat tumbuhan semak dan hamparan edelweis di sepanjang jalan.
Arbei (dapat dimakan)
Pos Goa Walet
Pukul 12.30 WIB tim sampai di pos Goa Walet. Untuk menuju Goa ini, kita harus turun memutar dengan jalan yang sempit dan terjal. Goa ini jika dilihat dari struktur batuannya terbentuk akibat letusan masa lalu dari Gunung Ceremai. Mulut goa Walet cukup luas, diperkirakan memiliki lebar dan tinggi masing-masing 10 meter. Di dalam goa ini terdapat banyak sekali tetesan air, dan air goa ini aman untuk dikonsumsi.
Goa Walet
Mengingat persediaan air kita sudah mulai berkurang,  kita mulai menampung air menggunakan kantong plastik yang besar dengan diikat pada ranting yang ditancapkan ke tanah. Sambil menunggu airnya mengumpul kita memasak air hangat dan makan siang di Goa Walet. Sekitar 1 jam kita beristirahat di Goa Walet sambil berlindung dari cuaca buruk.

Puncak Gunung Ceremai ( 3.078 mdpl)
Akhirnya setelah berjalan dari Goa Walet disertai kencangnya angin yang berhembus, pukul 14.44 WIB tim pendakian sampai di Puncak Gunung Ceremai. Di puncak ini sebagian besar terdiri dari lempengan batu besar dan di sekitar lereng kawah sedikit di tumbuhi tanaman. Cuaca saat itu kurang bagus karena terjadi badai puncak gunung dan jarang pandang hanya 3-5 meter saja. Oleh karena itu kita hanya sebentar di puncak gunung Ceremai jalur Palutungan. Sekitar 5 menit kita berhenti dipuncak untuk mengambil gambar dan beristirahat, setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri bibir kawah menuju jalur Linggarjati yang jaraknya sekitar 500m.

Saat berjalan melewati titik-titik bibir kawah yang sempit, kita kembali diterjang badai yang sangat kencang. Sesekali kita berjalan merunduk dan berlindung di bebatuan agar tidak terhempas kencangnya angin. Adrenalin saat itu benar-benar dipompa kencang, apabila kita terhempas angin badai tersebut, kanan-kiri bibir kawah yang kita lewati adalah lereng terjal yang dalam.

Hampir setengah bibir kawah sudah kita lewati, kondisi jalur sudah mulai aman karena jalan setapaknya terlindung tebing dan dapat menahan terjangan angin badai. Saat ada lokasi yang cukup luas, kita beristirahat sejenak untuk memulihkan fisik. Sambil bersyukur yang sebesar-besarnya kita berdiskusi ringan mengingat perjalanan di bibir kawah tadi. Memang kita tidak melihat pemandangan permadani awan putih yang mengelilingi gunung ataupun sunrise dari puncak gunung Ceremai. Tapi lebih besar lagi, pengalaman dipacunya adrenalin tinggi melewati bibir kawah dengan diterjang angin badai akan jadi pengalaman mahal dalam hidup.


Puncak Gunung Ceremai
Pukul 15.00 WIB kita mulai meninggalkan puncak gunung Ceremai melalui jalur Linggarjati. Baru turun beberapa saat kita sudah disambut jalan batu yang terjal, sehingga saat turun kita harus pelan-pelan melewati batuan tersebut. Untuk melewati track ini sangat dianjurkan memakai sepatu yang safety karena batuan banyak yang berupa serpihan dan pecahan yang tajam, sehingga sangat berisiko luka di kaki.

Pos Pengasinan
Pukul 17.00 WIB kita sampai di pos Pengasinan. Vegetasi di sekitar pos ini mayoritas berupa pohon bunga edelweis. Di Pos ini cukup luas dan dapat menampung sampai 4 tenda. Pandangan juga dapat melihat luas ke arah utara karena pepohonan yang tidak lebat. Setelah beristirahat sebentar, kita langsung melanjutkan perjalanan turun. Kondisi jalan tetap hampir sama dengan yang sebelumnya yaitu bebatuan terjal tanpa ada bonus jalan yang datar.

Pos Sangga Buana II
Akhirnya pada pukul 17.45 WIB tim sampai di pos Sangga Buana II. Karena hari sudah mulai gelap dan cuaca masih angin kencang kita memutuskan untuk bermalam di pos ini. Kondisi areanya cukup aman karena tempat camping terlindung tebing dan pohon-pohon besar. Luasnya juga cukup untuk mendirikan 4 buah tenda. Jika kekurangan air, di pos ini terdapat sumber air yang berasal dari aliran celah-celah batuan.

Setelah mengisi perut dan menghangatkan badan dengan minuman yang panas, kita pun istirahat untuk memulihkan tenaga buat perjalanan esok hari. Pukul 05.30 WIB satu per satu mulai bangun. Untuk efektifitas waktu kita membagi tugas, ada yang bagian masak dan ada yang membereskan tenda. Setelah semua selesai dan perut sudah terisi, pukul 07.30 WIB kita melanjutkan perjalanan untuk turun. Kondisi jalan batu sudah mulai berkurang, akan tetapi rintangan baru mulai muncul yaitu tanjakan yang didominasi akar.

Pos Sangga Buana I
Tidak terlalu jauh berjalan, pukul 08.00 WIB  sampai di pos Sangga Buana I. Vegetasi di pos ini mulai di jumpai pohon besar dengan daun yang kecil, beberapa edelweis dan anggrek yang mulai muncul. Tanpa istirahat yang lama, kita melanjutkan kempali perjalanan. Jalan masih terjal dan mulai didominasi tanah, di beberapa titik jalan ada yang mengharuskan kita berpegangan di akar-akar pohon. Hal ini terjadi karena jalan yang curam dan tingginya sekitar 1,5 meter elevasi bisa sampai 90 derajat.

Pos Batu Lingga
Pukul 08.30 WIB kita sampai di pos Batu Lingga. Vegetasi masih di dominasi pohon besar berlumut tebal. Di pos ini kondisi camp ground-nya lebih luas. Disini kita hanya berhenti untuk mengatur nafas saja, setelah cukup kita langsung lanjut turun. Jika dihitung waktu perjalanan turun memang terasa lebih cepat, ini karena di beberapa titik yang agak datar kita turun dengan berlari. Hal ini efektif untuk mengurangi rasa linu di dengkul jika berjalan pelan saat turun.

Pos Bapa Tere
Pukul 09.00 WIB kita sampai di pos Bapa Tere, di pos ini tidak terdapat shelter untuk mendirikan tenda karena hanya berupa jalan yang agak lebar dan tidak terlalu datar. Oleh karena itu di pos ini hanya cocok buat istirahat saat perjalanan. Setelah melewati pos ini, kita bertemu lagi jalan yang terjal yang dipenuhi akar-akaran. Pelan tapi pasti kita akhirnya bisa melewatinya dengan bergelantungan di akar.

Pos Tanjakan Seruni
Dari pos Bapa Tere, tanjakan yang kita lewati semakin menantang, hampir tidak ada jalan yang datar. Dan pantas saja jika tanjakan di track pendakian ini diberi nama Tanjakan Seruni. Setelah sekitar 1 jam kita berjuang turun, pukul 10.10 WIB kita sampai di pos Tanjakan Seruni. Di pos ini terdapat tanah yang cukup datar untuk digunakan mendirikan tenda. Namun kita hanya istirahat sebentar saja untuk mengatur nafas dan minum. Setelah kondisi pulih, perjalanan dilanjut ke pos berikutnya.

Pos Pengalap
Dengan kondisi jalur yang hampir sama terjalnya, pukul 10.30 WIB kita sampai pos Pengalap. Kondisi pos ini cukup nyaman untuk istirahat, ada camp ground yang luas. Oleh karena itu kita beristirahat untuk makan dan memasak minuman hangat di pos ini. Sekitar setengah jam beristirahat akhirnya kita lanjut perjalanan lagi dengan kondisi fisik yang lebih segar.
   
Pos Kuburan Kuda
Pukul 11.45 WIB kita sampai pos Kuburan Kuda, kondisi jalur masih terjal di beberapa titik. Untuk menandai pos ini, terdapat batang pohon besar yang tersisa bawahnya saja. Kita di pos ini langsung lewat dan melanjutkan perjalanan. Vegetasi setelah pos Kuburan kuda masih pepohonan besar dan mulai terlihat tanaman pisang hutan dan jahe-jahean.

Pos Kondang Amis

Tak berselang lama pada pukul 12.20 WIB kita sampai di pos Kondang Amis. Ternyata dengan berlari turun dapat memangkas banyak waktu yang cukup banyak. Di pos ini terdapat pondokan untuk beristirahat dan pohon besar yang membuat teduh pos ini.

Pos Cibunar
Setelah melanjutkan perjalanan dari pos Kondang Amis, di tengah perjalanan kita sudah masuk di batas vegetasi pinus dan semak ilalang. Dan pada pukul 13:32 WIB akhirnya sampai pos Cibunar. Di pos ini merupakan bumi perkemahan, dan terdapat fasilitas out bond, toilet serta warung dari penduduk lokal. Rasanya sangat lega sekali karena kita sudah sampai di daerah perkampungan penduduk. Di sebuah warung kita beristirahat, makan, dan bersih badan. Cukup lama kita disana, dan baru turun lagi menuju pos Perizinan Linggarjati pada pukul 15.30 WIB. Jalan turun ke pos Perizinan merupakan jalan desa  yang jaraknya sekitar 1 kilometer.

Pos Perizinan Linggarjati
Pukul 16:05 WIB kita sampai di pos perizinan Linggarjati untuk melaporkan bahwa tim kita naik dari Palutungan dan turun ke Linggarjati. Dari pos ini terdapat angkot yang dapat di sewa untuk mengantarkan ke tempat bus arah Jakarta. Pukul 16:30 WIB tim berangkat pulang menuju Jakarta dan akhirnya pukul 01.00 WIB kita sampai di rumah masing-masing.



Peta Jalur Gunung Ceremai (Palutungan - Linggarjati)

2 comments: