Tuesday 13 September 2011

Cerita Pantai Tamban

Lokasi Pantai Tamban
Artikel ini memang sebelumnya sudah saya publish sekitar awal tahun 2010 lalu. Akan tetapi untuk lebih memberikan tambahan informasi lagi tentang detail Pantai Tamban saya coba re-write artikel ini. Terutama dalam penambahan masalah foto-foto kegiatan, mengingat pada artikel awalnya foto kagiatan masih belum ada. Jadi semoga dapat membantu jika ada teman-teman yang ‘nyasar’ baca artikel ini supaya lebih mengerti lagi tentang pantai Tamban. Walaupun mungkin masih kurang mendetail penjelasannya harap dimaklumi saja, mengingat penulis masih dalam proses belajar juga.

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang diprakarsai oleh Adventurer and Mountain Climbers (AMC) dalam rangka Dies Natalis AMC ke-40. Tujuannya adalah untuk memberikan  informasi-informasi tentang struktur geologi yang berada di daerah pantai Tamban – Malang selatan kepada seluruh peserta Pecinta Alam yang ada di Malang Raya. Dari struktur geologi ini akan banyak didapatkan informasi tentang mineral, sifat fisis batuan dan informasi adanya paleotsunami yang terjadi beberapa tahun lalu di daerah tersebut. Sehingga dari puluhan organisasi pecinta alam yang ada di Malang Raya diharapkan dapat menyerap ilmu yang diberikan oleh para pemateri yang kompeten dibidangnya, dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan keseharian. Dari pemateri tersebut antara lain adalah Pak Andang Bachtiar (Senior Geologist/Senior AMC), Pak Eko Teguh Paripurno (UPN Veteran), Pak Eko Yulianto (LIPI), Pak Andri (ITB), dan Pak Agus Hendratno (UGM).

Pelaksanaannya dilakukan selama 3 hari, yaitu tanggal 24-26 Desember 2009 di Pantai Tamban – Malang Selatan. Lokasi ini dipilih karena beberapa pertimbangan, diantaranya adalah disana pernah terjadi tsunami secara langsung beberapa tahun yang lalu. Selain itu pantai Tamban juga memiliki kekayaan struktur geologi yang cukup lengkap, meliputi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Terbentang dari tebing timur sampai dengan tebing barat dari Pantai Tamban. Untuk teknis kegiatan, materi dibagi menjadi 2 yaitu materi ruang (didalam tenda) dan materi lapangan.

Materi Malam (dalam tenda)
Pak Andang dan Pak Andri memberikan materi

Hari pertama, tepatnya pada malam hari diisi tentang pentingnya mitigasi bencana oleh Malang Selatan Rescue (MSR) dan materi-materi tentang kebumian dari pada pemateri Geologist. Pada hari kedua pelatihan dibagi menjadi dua, pagi untuk ruang dan siangnya langsung ke lapangan untuk mengenal berbagai macam batuan di Pantai Pamban. Dari penjelasan dan keterangan yang disampaikan oleh para pemateri ada beberapa catatan-catatan penting yang dapat diperoleh, baik dalam segi struktur geologi, paleotsunami, mineral dan proses sedimentasi dari gelombang laut.

Jika dilihat dari stuktur geologi, pantai tamban diapit oleh dua buah tebing. Tebing ini sangat kontras perbedaannya karena untuk tebing barat terdiri dari batuan kapur  (gamping) sedangkan untuk tebing sebelah timur sebagian besar terdiri dari batuan beku (igneous rock). Selain itu juga terdapat batuan metamorf yang berasal dari fosil kayu, menurut pak yayang (Andang Bachtiar),” batu terbentuk akibat proses masuknya unsur silica yang mengisi pori-pori dari kayu. Sehingga dalam waktu yang lama kayu tersebut bermetamorfosis menjadi batuan.

Dalam perjalanan kami, ditemukan juga sebuah batu koral/terumbu karang yang dibawa oleh ombak laut. Awalnya memang saya berfikir itu hanya terumbu karang, tetapi setelah dijelaskan oleh Pak Andri kami jadi tahu bahwa batu tersebut adalah Batuan Karbonat yang nantinya dapat berfungsi sebagai reservoir hidrokarbon. Hal ini memang tepat sekali, mengingat pada patu karbonat tersebut terdapat banyak sekali rongga/pori yang dapat dimanfaatkan hirdokarbon untuk tempat persembunyian. Sehingga selain batu pasir, batuan karbonat menjadi terget dari para geoscientists untuk diteliti demi mendapatkan minyak dan gas.

Batuan Karbonat dipegang pak Andri

Pori pada batuan karbonat yang terlihat cukup besar
Ada hal yang menarik jika dilihat dari kedua tebing yang mengapit pantai Tamban, yaitu kedua tebing tersebut menurut pemateri terbentuk dari adanya patahan yang besar yang mengarah ke daratan. Untuk tebing batuan kapur terlihat tingginya sekitar 200 meter, patahan tersebut dapat dikatakan juga sebagai patahan turun, asumsi ini dapat dikatakan karena terdapat bukti bahwa terdapat batuan gamping yang berada di pantai. Dan tebing tersebut juga strukturnya vertikal, sehingga warna putih batuan kapurnya sangat terrlihat. Untuk patahan selanjutnya terdapat pada tebing bagian timur, yaitu struktur batuannya terdiri dari bautuan beku,di salah satu lokasi terdapat batuan beku yang jika dipegang sangat rentan, sehingga ini dapat disimpulkan daerah tersebut merupakan daerah rawan longsor. Penyebab dari batuan tersebut rentan adalah faktor hidrothermal dari dalam bumi, sehingga dalam waktu yang lama batuan beku yang biasanya sangat keras menjadi rapuh. Selain itu di batuan tersebut jika diamati terus menerus selalu mengalami longsor kecil, menurut para pemateri ini disebabkan adanya patahan yang aktif di lokasi tersebut.

Igneus Rock yang selalu bergerak dan terjadi longsoran kecil
Untuk tanda-tanda tsunami tersebut  juga dapat diteliti, dalam logikanya gelombang tsunami merupakan gelombang yang tinggi, sehingga banyak material dari lautan yang akan terbawa ke daratan. Setelah beberapa tahun, didaratan akan terjadi proses sedimen dari beberapa lapisan. Terutama lapisan tanah dan material laut seperti pasir dan karang. Dalam prakteknya untuk melihat bahwa telah terjadi tsunami di daerah tersebut dapat dilakukan dengan  menggali tanah sampai perbedaan lapisan itu terlihat, sehingga jika telah ditemukan kontras lapisan tersebut dapat disimpulkan bahwa pernah terjadi gelombang tsunami di daerah tersebut.

Mineral yang terdapat di pantai Tamban mayoritas adalah adanya pasir besi, ini terlihat sepanjang pantai banyak dijumpai pasir pantai yang bercampur pasir besi yang warnanya hitam. Pasir besi ini akan semakin terlihat jika mengarah ke muara sungai, kandungan pasir besinya sangat banyak. Ini terbukti jika pasir tersebut ditempel dengan magnet, maka pasir tersebut akan menempel pada magnetnya. Bahkan untuk lokasi di sebelah barat, pasir besi ini telah melaiui proses metamorf sehingga berubah menjadi lapisan batuan. Lapisan batuan ini menempel pada batuan pasir, dan menjadikan warna batuan pasir yang harusnya kuning kecoklatan menjadi hitam di bagian permukaaannya. (Aridy A-266)

No comments:

Post a Comment